Selasa, 20 Januari 2009

Musik dan Matematika

Sudah menjadi hal yang biasa apabila banyak orang membayangkan bahwa matematika hanya merupakan kumpulan angka dan rumus, sesuatu yang menakutkan, sulit, abstrak, dingin tak berperasaan. Sebaliknya, musik kita kenal sebagai bagian dari seni yang merupakan “bahasa” yang universal, disukai oleh hampir setiap orang dari berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Musik dipenuhi oleh luapan emosi dan perasaan. Dari hal tersebut inilah, kebanyakan orang menduga bahwa musik dan matematika tidak mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sungguh merupakan suatu kesimpulan yang salah.

Dimulai di era Yunani kuno, di masa Pythagoras, Plato dan Aristoteles, musik (atau tepatnya teori musik) dikategorikan sebagai salah satu cabang ilmu pasti. Di masa itu, ilmu pasti meliputi 4 cabang ilmu yaitu Teori Bilangan, Geometri, Musik dan Astronomi. Pembagian ilmu pasti menjadi 4 cabang ini dikenal dengan istilah quadrivium (Empat Jalan). Sampai sekitar akhir abad pertengahan (sekitar 1500 SM), Musik dikategorikan sebagai salah satu cabang ilmu pasti. Sejak jaman Renaissance, musik menjadi bidang ilmu yang mandiri dan terpisah dari ilmu pasti. Meskipun demikian, keterkaitan matematika (ilmu pasti) dan teori musik masih terpelihara sampai sekarang.

Banyak ahli matematika terkenal yang mempunyai minat di bidang musik dan menulis buku tentang musik. Rene Descartes, yang terkenal dengan koordinat Cartesiusnya, menulis kompendium musik. Marin Mersenne, sang penemu bilangan Mersenne yang merupakan rumusan yang dipakai sebagai dasar dalam perburuan bilangan prima, menulis beberapa buku tentang harmoni musik. John Wallis, ahli matematika paling berpengaruh di Inggris Raya sebelum jaman Newton, menulis beberapa buku kritik dibidang teori musik. Di tahun 1731, Leonard Euler menulis buku teori musik yang berjudul Tentamen Novae Theoriae Musicae. Oleh kebanyakan pembacanya, buku tersebut dianggap sebagai terlalu sulit dimengerti buat para musisi dan terlalu musikal buat ahli maematikat. Jean d’Alembert, yang terkenal dengan ratio test d’Alembert untuk menguji konvergensi suatu deret, juga menulis beberapa buku teori musik.

Banyak ahli matematika terkenal yang juga merupakan komponis ataupun pemain musik. Pythagoras, selain terkenal sebagai ahli Geometri, ahli Teori Bilangan (Number Theory) dan ahli teori musik, dia juga merupakan seorang komponis serta mampu memainkan beberapa alat musik yang ada di jamannya.

Teori musik dan komposisi musik memerlukan cara berfikir abstraksi dan perenungan, yang pada dasarnya hal ini sangat mirip dengan cara berfikir di dalam matematika. Musik memakai bahasa simbolis dan sistem notasi yang cukup rumit. Pemakaian diagram di bidang musik bukan merupakan hal yang asing lagi, bahkan ada diagram yang mirip dengan koordinat cartesius berdimensi dua. Selain itu, banyak istilah matematika digunakan juga di bidang musik seperti misalnya simetri, periodik, proporsi dan kontinuitas. Panjang dari interval, durasi, ritme, tempo, beberapa istilah musik lainnya dinyatakan dengan bilangan bulat ataupun bilangan pecahan.

Edward Rothstein, kepala seksi kritik musik harian New York Times yang berlatar belakang pendidikan matematika murni, dalam bukunya Emblems of Mind: The Inner Meaning of Music and Mathematics, mengatakan bahwa musik dan matematika mempunyai kemiripan dalam memanipulasi pikiran dan emosi kita semua. Keduanya melatih kita untuk mencari dan menafsirkan pola-pola yang terdapat di sekitar kita.


Sungguh, musik dan matematika membagikan keindahan dan misteri untuk kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar